hidrotubasi 1

10.12.08

Hari ini jadwal hidrotubasi pertamaku. Hasil gogling dan cerita temen” tentang proses hidro ini udah bikin perut mules gak karuan dari tadi pagi, apalagi jadwalnya dimajuin dari jam 15.00 ke 13.30, ini perut berasa tambah mules aja. Akhirnya suster manggil bwat masuk ke ruang periksa. Dr. Fajar mereview ulang hasil rontgen HSG kemaren, dan cerita sedikit tentang proses dan harapan yang ada. Disini dr. Fajar juga nekenin kalo proses ini bakal sakit banget dan tingkatan sakitnya di atas proses HSG. Kalo proses HSG dikasih obat penahan sakit yang dimasukin lewat a**s, nah yang ini gak pake penahan sakit. Karena sakit yang aku rasain bwat parameter seberapa tebal sumbatan yang ada. Setelah aku tiduran di kursi tindakan dan semuanya siap, proses hidrotubasi pertamaku dimulai...

Awalnya ms. V dibersihin pake betadine dulu, trus dimasukin alat yang kalo gak salah istilahnya cocor bebek, fungsinya untuk membuka lebar ms. V dan masukin cairan air murni dan obat antibiotik cair 20cc dengan tekanan tertentu. Menurut dsog’ku tekanan yang masuk masih tinggi banget yaitu 150-200 dari yang normal 50an, padahal 75% obat masuk dengan sukses alias tertinggal di rahim, 25%nya atau sekitar 5cc keluar lagi. Klo yang terakhir ini sesuai harapan, karena obat yang dimasukin itu juga berfungsi bwat mengobati sumbatan di saluran tuba dari dalam.

Mau tau rasanya ?

Ternyata engga sakit sama sekali sampe dokternya rada heran sekaligus seneng soalnya waktu diminta tiup bulan depan aku langsung mengiyakan dengan senyum paling manis. Hahaha... padahal kalo inget dari tadi pagi udah senewen aja bawaannya.
Abis kelar tindakan, aku diminta tiduran dulu ½ jam bwat ngilangin pusing trus boleh langsung pulang sambil bawa obat bwat diminum dirumah.

Bromo at glance

Location : Java, Indonesia
Type : Stratovolcano
Last Eruption : 2004
Elevation : 2,329 metres

Mount Bromo also Gunung Bromo, located in the Tengger Caldera, is one of the most popular tourist attractions in East Java, Indonesia. It is an active volcano and part of the Tengger massif, and even though at 2329 meters it is not the highest peak of the massif, it is the most well known.

Legend

According to a local folk tale, at the end of the 15th century princess Roro Anteng from the Majapahit Empire started a separate principality together with her husband Joko Seger. They named it Tengger by the last syllables of their names. The principality did prosper, but the ruling couple failed to conceive children. In their despair they climbed Mount Bromo to pray to the gods, who granted them help, but requested the last child to be sacrificed to the gods. They had 24 children, and when the 25th and last child Kesuma was born Roro Anteng refused to do the sacrifice as promised. The gods then threatened with fire and brimstone, until she finally did the sacrifice. After the child was thrown into the crater, the voice of the child ordered the local people to perform an annual ceremony on the volcano, which is still held today.
Bromo isn't the highest mountain in Java — that honor goes to nearby Mount Semeru at 3,676m — but it's probably the most famous one. Bromo is in fact only one of many peaks inside the massive Tengger Caldera, but it's easily recognized as the entire top has been blown off and the crater inside constantly belches white sulphurous smoke. The inside of the caldera, aptly dubbed the Laut Pasir (Sea of Sand) is coated with fine volcanic sand and the overall effect is unsettlingly unearthly, especially when compared to the lush green valleys all around the caldera.

The major access point is Cemoro Lawang at the northeast edge, but there are also trails from Tosari (northwest) and Ngadas (west). The village of Ngadisari, on the road from Probolinggo about 5.5 km before Cemoro Lawang, marks the entrance to the national park. Both Cemoro Lawang and Ngadisari are rather picturesque, with brightly-painted houses and flower beds outside.

The nearest major airport is in Surabaya, three hours away by car (and more by bus).
The nearest larger town is Probolinggo, on the north coast of Java. It's about one hour from Probolinggo to Ngadisari and another half hour all the way to Cemoro Lawang, and it's (just) possible to visit on a day trip, although most visitors prefer to climb overnight and see the sunrise.

To go there, take a 'Damai' shuttle bus from the Juanda International Airport in Surabaya, to go to the Bungasih bus terminal. Then, take an express Patas air-conditioned bus for a 2-3 hours ride from Surabaya to Probolinggo.

Source : http://www.lombokinternet.com/index.htm

naik - naik ke puncak gunung (hari 4)

24.11.08

Mustinya dari kemaren udah bisa masuk hotel, tapi berhubung dipaksa nginep disitu akhirnya baru senin pagi kita check ini di hotel. Mas nunggu di kamar, aku turun di ballroom ngikutin seminar. Malemnya kita jalan ke tunjungan mall yang segede gambreng. Engga beli apa-apa sih, cuman cuci mata. Abis makan malam di mall, langsung balik ke hotel ngelewatin toko emas yang gedungnya wow keren. Besok paginya kita pulang ke semarang pake sriwijaya.

naik - naik ke puncak gunung (hari 3)

23.11.08

Jam 3.30 tet, alarm dari 2 HP udah teriak-teriak. Kita bangun sambil kedinginan, secara selimut yang disediain kurang tebel, padahal kita uda pake kaos kaki. Nyampe di luar hotel ternyata uda rame banget, penghuni hotel pada ngumpul di depan resto sambil nunggu diberangkatin dan mereka semua pada make jeep. Ternyata cuman kita b2 yang milih pake ojek. Jam 4.15 kita baru berangkat ke penanjakan bwat liat sunrise.

Perjalanan dimulai di loket pos wisata Bromo, seperti biasa harga tiket yang tertera gak sama dengan uang yang dibayar. Trus jalan mulai turun terus menuju lautan pasir. Sampe di kaki bukit kita mulai nyebrang lautan pasir, untungnya lagi musim hujan jadi pasir yang beterbangan gak terlalu banyak tapi dinginnya tetep aja... Momen kayak gini yang bikin nyesel milih ojek daripada jeep. Di tengah padang pasir ada aja beberapa anak muda yang pasang tenda sambil nginep disitu. Bromo juga kelihatan jelas dan bisa dibilang kabutnya tipis banget. Sampe di ujung lautan pasir, perjalanan mulai naik ke lokasi view point penanjakan, tempat yang sempurna bwat liat matahari terbit. Nah, perjalanan naik ke view point itu seru banget. Berhubung kita pake ojek jadi lebih lancar jaya, malahan di tengah-tengah perjalanan ada jeep yang mogok. Ternyata pilihan kita pake ojek gak salah... Sayang banget sekarang itu bukan waktu yang bagus bwat liat matahari terbit. Bulan yang paling sempurna itu Agustus, hampir dipastiin setiap hari sunrisenya jelas dan gak tertutup kabut.

Setelah 1 jam kita nunggu matahari terbit tapi gak nongol-nongol, kita turun terus sempet berhenti di beberapa tempat bwat foto”. Tujuan selanjutnya kita berhenti di pura, trus naik kuda ke kaki gunung bromo baru abis itu jalan kaki naik 215 anak tangga. Sampe di atas, kita poto-poto sambil istirahat, abis rugi naiknya kan capeeeeek banget, masa langsung turun. Yang seru di Bromo, ada ojek gendong !! iya, ojek gendong naik tangga ke Bromo trus turun lagi. Tapi khusus bwat anak kecil, dan kayaknya 1 paket sama ojek kuda.

Puas foto-foto kita turun trus ngelanjutin ke bukit teletubies. Sebenernya ini cuma padang savana biasa, tapi kontur tanahnya berbukit-bukit mirip setting teletubies, makanya lebih dikenal bukit teletubies. Waktu perjalanan balik ke hotel sempet juga ditunjukin lokasi syuting pasir berbisik. Menurut info dari mas ojek, kalo musim kemarau motor engga berani lewat padang pasir, bakalan selip sepanjang jalan. Ini aja motorku uda beberapa kali mo jatuh gara” roda belakang kejebak pasir.

Nyampe di hotel, kita langsung sarapan, mandi trus check out. Transportasi bromo – probolinggo sama susahnya seperti probolinggo – bromo. Intinya kalo penumpang engga berjubel engga bakal berangkat. Gara-gara kita engga pesen duluan, alhasil kita gak dapet tempat. Angkot yang ada masih kosong melompong, dan kita nunggu 15 menitan. Berdasar pengalaman kemaren, akhirnya kita nego ke supir bwat bayar 150 rb tapi langsung berangkat.

Dari terminal probolinggo, kita langsung nail bis ke surabaya yang paling cepet berangkat. Biarpun ekonomi, kita tetep naik aja. Toh cuman 2 jam perjalanan, jadi gak terlalu pengaruh juga. Malah lebih enak pake ekonomi, secara kita abis kedinginan di bromo jadi klo ketemu yang anget lumayanlah...

Di terminal Purabaya atau yang lebih terkenal Bungurasih Surabaya, kita jalan dulu ke luar terminal trus naik taksi ke rumah mbak Ita di daerah Pabean asri. Ternyata kita dapet supir taksi baru, jadi sempet nanya-nanya mulu di sepanjang jalan, biar udah dpandu online sama empunya rumah. Kelar kangen-kangenan ma makan malam kita langsung bobo, soalnya blom ketemu mas Ray yang kebetulan lagi turun kapal.

Expenditure (per person)
tiket bromo – probolinggo 150.000 idr
tiket probolinggo – surabaya 14.000 idr

naik - naik ke puncak gunung (hari 2)

22.11.08

Keuntungan dari telatnya bis semalem adalah kita nyampe Probolinggo pas matahari udah terang benderang. Untungnya lagi kita satu’nya penumpang dari Semarang tujuan Bromo, dan para awak bus itu jadi sumber informasi plus guide dadakan. Jadi begitu mo nyampe terminal kita diminta turun di depan terminal, trus ditunjukin angkot yang ke bromo.

Meski probolinggo pagi itu gak dingin, tapi dinginnya ac bis masi berasa banget, jadi kita mutusin mampir ke warung dulu bwat sekedar minum teh anget sama numpang pipis. Sedikit oleh-oleh dari dinding kamar mandi di warung makan depan terminal Bayu Angga Probolinggo.


Dari hasil interview sama supir angkot bromo, satu kali perjalanan probolinggo – bromo butuh solar 150.000 (per liternya 5.500) trus setorannya 90.000, makanya kita maklum banget klo mereka nunggu sampe penumpangnya engga cuman full tapi berjubel. Kapasitas mobil elf 11 orang, waktu itu diisi hampir 16 orang, untungnya kita penumpang pertama dan dapet kursi di depan.


Sepanjang perjalanan kita cari informasi tentang harga hotel di sekitaran bromo, akhirnya berdasar modal gogling sama rekomen dari mas supir kita mutusin untuk nginep di hotel cemara indah. Biarpun termasuk bangunan lama lokasinya bersebelahan langsung sama lautan pasir, apalagi ada tempat nongkrong yang nyaman. Kalaupun kita gak sreg sama hotel ini, mas supir mau nganter ke hotel mana aja sampe kita sreg, maklum mereka dapet komisi dari hotel klo kita nginep disitu.

Untuk harga 200 ribu fasilitas yang ditawarin tempat tidur double, kamar mandi dalam, water heater, sarapan, yang gak ada cuma TV. Malah bagusan gitu, jadi malem kita bisa istirahat total, gak kegoda nonton film. Waktu check in kita langsung pesen transport bwat bsk pagi. Kalo pake sharing jeep 100rb/orang, ojek 75rb/orang tapi rutenya cuma hotel – penanjakan – pura – hotel. Padahal kita pengen ke padang savana ”bukit teletubies”, akhirnya mas Bagio nyaranin pake ojek aja. Secara kita cuman berdua aja, klo pesen jeep abis 450rb. Kelar urusan check in kita jalan kaki di seputaran hotel sambil cari warung bwat makan siang. trus nongkrong di depan resto hotel.

Abis maghrib pengennya sih jalan-jalan lagi tapi kog ya dingin banget ya... Padahal udah masuk musim ujan, jadi anginnya gak bakal sedingin musim kemarau. Alhasil kita numpang liat tv di lobi sambil ngobrolin rencana jalan besok pagi. Kelar makan malam, jam 8 kita langsung masuk kamar trus bobo, persiapan bwat bsk subuh.

Expenditure (per person)
elf kecil probolingggo – bromo 25.000 idr
hotel cemara indah 200.000 idr
Ojek penanjakan – pura – padang savana 150.000 idr

naik - naik ke puncak gunung (hari 1)

Seminar regional EU-APE di Surabaya hari Senin 24 Nov, pesawat Semarang – Surabaya cuma 1x sehari tiap jam 10 pagi. Asumsi awal berangkat dari Semarang minggu pagi trus nganggur sampe Senin pagi, karna mas mau nemenin berarti berangkat sabtu pagi jadi ada 2 hari bwat muterin surabaya. Tapi mas males klo cuma keliling dari mall ke mall, alhasil mas punya ide bwat weekend di bromo aja. Yipii !!! Secara beberapa bulan yang lalu kita beli jaket di BABE bandung, bwat modal klo dapet rejeki jalan” ke negara bersuhu minus. Nih dia rekapnya...

21.11.08
Berangkat dari terminal Terboyo Semarang jam 22.00, molor 2 jam dari jadwal seharusnya, bis mulai ngebut menuju Probolinggo, tapi walhasil baru sampe Sayung Demak kira-kira ½ jam perjalanan bis berhenti lagi 2 jam gara-gara selang solar pecah. Malah ada 2 penumpang yang mustinya turun di Kudus, nekat numpang truk yang lewat. Aku sih mending bobo aja, biar si mas yang ngerumpi sama penumpang lain yang udah pada mulai ngegerundel.

Expenditure (per person)
tiket semarang – probolinggo 95.000 idr

konsul hasil hsg

13.11.08

Hasil HSG yang normal ini:

Yang tengah itu rahim, trus ada saluran tuba yang ujungnya itu ovarium alias pabrik telur. warna putih itu didapat dari cairan kontras.

Kalo hasil HSG'ku : saluran tuba kiri non paten, saluran tuba kanan hidrosalfik

Yang dimaksud non paten itu mampet, kalo hidrosalfix sendiri penggelembungan karena mampet. Analogi dari dsog'ku : ada 2 selang ke ovarium, yang kiri mampet dari pangkalnya jadi agak susah nyembuhinnya karena kita gak tau yang mampet itu cuma pangkal atau sepanjang saluran. Kalo selang kanan mampet juga tapi di ujung (deket ovarium), prosentase lancar lebih tinggi.

Dokter Fajar ngerekomendasiin untuk terapi hidrotubasi atau terapi tiup. Sebenernya diminta langsung besok pagi tapi kayanya belom siap deh... Akhirnya dokter ngasih rujukan ke RS. Tlogorejo unutuk bulan depan.

hsg

12.11.08

Gagal lagi… bulan ini mens, jadi loncat ke tahap selanjutnya pemeriksaan HSG. H +1 mens aku langsung bikin janji ke bagian radiology dan dibikinin jadwal rontgen tanggal 12 november. Jadwalnya sih jam 5 sore tapi aku diminta hadir ½ jam lebih cepat, soalnya mau dkasih obat penahan sakit yang dimasukin lewat a***.

Pas jam 5, dokter radiolognya dateng, kita berdua dkasih briefing dikit tahapan prosesnya terus mas disuruh nunggu di luar, aku mulai baring di meja kaca. Foto pertama bwat data awal gak ada masalah sama sekali. Begitu yang kedua dan selanjutnya, sebelum jepret dimasukin cairan yang bisa bikin warna hasil rontgen, sakitnya lumayan juga... mules kaya mau mens. Waktu prosesnya sih paling cuma 15 menitan, trus diminta nunggu hasil fotonya.

Dari diagnosa awal, kayanya ada penyumbatan saluran. Soalnya pak dokter berasa berat masukin obatnya, malahan foto terakhir diulang lagi sambil dikasih tekanan yang lebih kuat lagi. Kalo gak salah sih pas saluran kanan deh...

Setelah 30 menitan nunggu, kesimpulannya :
- kedua saluran non paten
- saluran kanan hidrosalfix

lemes juga denger hasilnya, akhirnya sebelum pulang daftar konsultasi dulu bwat besok sore.

cek telur

13.10.08

Hari ini H +10 dari mens terakhir dan aku harus balik ke dr Fajar bwat ngecek produksi telurku. Alhamdulilah, hasilnya cukup menjanjikan. Dari pabrik kanan ada 5 telur dominan yang cukup besar dan siap dibuahi sedangkan yang kiri ada 1 telur juga siap dibuahi.


Kata dsog’ku kalo jadi bisa kembar 6!!! Serem bgt yak, tapi moga” dari 6 ini ada 1 aja yang jadi. Amin…

full program hamil

06.10.08

Ternyata bulan ini aku mens lagi dan pas H +3 kita ketemu dr Fajar lagi, kali ini di RS. Hermina karna jadwalnya lebih fleksibel dari RS. Tlogorejo. Abis urusan administrasi kelar, aku diminta nimbang badan sama ngukur tekanan darah, trus duduk manis di deket kamar periksa. Malem itu kita dapet no antrian 9, tapi untungnya pasien nomer 4 sampe 8 blom pada dateng jadi kita bisa loncat nomer.

Anyway, hari ini kita dapet program penuh dari dokter. Mama ika dapet serophene yang diminum sehari sekali di jam yang sama, sekali minum 2 butir 1 jam sebelum makan, selama 5 hari dimulai dari H +3. Papa Imam dapet vitamin surbeks 30 tablet diminum setiap hari fungsinya untuk jaga stamina. Jadwal coitus dikasih lagi plus aturan khusus abis senggama (hihihi... yang ini dokternya vulgar banget). Doain kita ye...

Ps. Surbeks ini biasa dipake atlit sebagai suplemen.

Petronas Twin Towers

Visiting the Petronas Twin Towers and Skyway Bridge
· Admission is free
· Open Tuesday through Sunday from 9 am to 7 pm
· Closed on Mondays. On Fridays closed from 1pm to 2:30pm for Prayer
· Visitors are limited to 1700 per day
· Tickets are issued per day, on a first-come-first-serve basis starting at 8:30 am
· Only one ticket per person
· Every child must be accompanied by an adult
· You must dress conservatively.

You can get tickets at the Concourse Level (Lower Ground Level)
Visits may be canceled or re-scheduled on short notice.
PETRONAS, short for Petroliam Nasional Berhad, is a Fortune 500 corporation wholly-owned by the Malaysian government. It is vested with the entire ownership and control of the petroleum resources in Malaysia, and is responsible for developing and adding value to these resources.

Tower One is fully occupied by the Petronas Company. Tower Two is available for lease to other companies. Some of the tenants are Boeing, IBM, and Microsoft.

Skyway Bridge
The skyway between the two towers symbolizes a gateway to the future. Plus, it makes it easier to go from one tower to the other. It is also a safety device, so that in case of an emergency in one tower, people can evacuate by crossing the skyway to the other tower. The elevators are used if both towers need to be evacuated.
The skyway is located at the 41st and 42nd floors. Visitors are only allowed on the 41st floor; the 42nd floor is used by tenants. If you want to go higher, you'll have to change elevators here.

Other attractions at the Petronas:
At the podium levels, you'll find the Dewan Filharmonik, an 865 seat concert hall, and the Petrosains an interactive petroleum discovery center.
Between the towers is the Suria KLCC, an exclusive, 6-story shopping mall and entertainment center This is also an excellent place to eat with dozens of restaurant, cafe, and fast food options.
A five minute walk from the Petronas is the Aquaria exhibition where you can dive with sharks.
www.around-the-world-travel-adventures.com

Chatuchak Market

This is paradise for bargain hunters. Every Saturday and Sunday, 9,000 individual booths are open selling an infinite variety of goods.
It is just about impossible to go to Chatuchak Weekend Market and not buy anything. There is just about everything that bargain hunters, home makers, pet lovers or just browsers can imagine.
Handicrafts are every where including pottery, hand-made glass models of the Royal Barges, fluffy toys, colourful tropical fish, singing birds puppies of many breeds, furniture and lots of new and second hand clothing, shoes, handbags, belts. There is so much on offer that even international home decor wholesales come here to shop.
Music lovers can find unique traditional Thai musical instruments being sold direct by the artisans who have crafted them to make the pleasing sounds.
One rule for all shoppers to observe is bargain, bargain, bargain. This is part of the fun and also gets you the best prices.
Chatuchak Weekend Market has interesting products from all over Thailand as well as things from far off lands.
You should allow the best part of a whole day to explore the many stalls. You never know what you will find. But this is work that will make you thirsty and puckish, so take a break here and there to cool off with a fresh fruit juice or feast on delicious Thai dishes such as Pad Thai, barbecue chicken, noodles and sweets.

Open : Saturday and Sunday 09.00-18.00
Source : www.asiatravel.com/bangkok_info/

Wat Arun (Temple of Dawn)

Make sure you set aside one late afternoon to see and photograph this imposing sight at sunset with the Chao Phraya River in the foreground. These photographs will bring back beautiful memories of Bangkok.
The temple was built during the Ayutthaya period and was originally called Wat Makok after the name of the local village Tambol Bangmakok. It means

"Village of Olives". Wat Arun gets its name from Aruna, the Indian god of the dawn, hence its common name The Temple of Dawn.
The location of the temple is in the area that used to be occupied by the palace of King Taksin who re-established the Siamese Kingdom after the fall of Ayuttaya more than two hundred years ago. The main Buddha image is believed to have been designed by King Rama II.

Open daily: 7.30 am. to 5.30 pm.
Admission fee: Baht 20
Source : www.asiatravel.com/bangkok_info/

tito tutup usia

hari itu 16 september 2008 sekitar jam 14.15 wib,
di kamar 10 ruang icu rs. Elisabeth semarang
kami berkumpul mengelilingi sebuah tempat tidur
dan tito terbaring tanpa sadar di sana

tangan kanan digenggam erat tante santi ibu tercinta
tangan kiri didekap mesra chacha belahan hati terkasih
om agung ayahnya membisikkan takbir di telinga kanan
pak modin tak henti membacakan yasin di telinga kiri

gilang adik lelaki kesayanganmu terpaku tak percaya dengan penglihatannya
leoni si bungsu tak nampak, tapi kami yakin hatinya ada di antara kami
aku, papa, mas imam, om yuli dan tante mike tak henti memohon kesembuhanmu
tapi Tuhan punya rencana lain untukmu
yang Dia inginkan hanya kau kembali padaNya.

hari itu Selasa 16 september 2008 jam 15.00 wib,
leukimia telah membawamu pergi
walau baru 20 tahun kau memberi warna kehidupan
tapi selamanya kamu akan akan di hati kami




In memoriam
Utomo Suryo Wibowo (Tito)
21 Juni 1988 – 16 September 2008

Wat Po

This is possibly the most interesting temple in Thailand as it combines history, medical science and is a center for meditaion and traditional massage training. Its official name is Wat Phrachetuphon Vimon Mangkararam Ratchaworamahawihan, although it is commonly called Wat Po.

Founded during the 16th century, Wat Pho is most famous for the golden reclining Buddha that measues 46 metres and has feet inlaid with mother-of pearl. This is the main attraction that draws visitors to the temple. In more modern times, Wat Pho has gained international recognition as a meditation centre and for the traditional Thai massage that is both practiced and taught here.

Traditionally, temples were the schools as there was no formal education system, with monks providing basic lesson in both spiritual and secular subjects. King Rama III turned Wat Po into a major centre for learning in botany, geography and history.
For those interested in traditional Thai medicine, there is a pavilion that serves to both impart knowledge and provide treatment. The walls have marble tablets describing basic anatomy and treatments. In the late afternoon, traditional medicine practitioners are there to dispense herbal mixtures. Nearby, there is a cloister where you can have a traditional Thai massage for a very small payment.

Open daily: 8.30 a.m. - 5.00 p.m. Admission: 20 baht
Source: www.asiatravel.com/bangkok_info/

Grand Palace & Wat Phra Kaeo

Every visitor to Bangkok should see the magnificent buildings within the Grand Palace compound to get a feeling of the grandeur architectural style.

Since the founding of Bangkok as the Nations capital by King Rama I, The Grand Palace has been the major architectural symbol of The Thai Royal Family. In the present time, The Royal Family resides at Chitralada Palace while The Grand Palace is used for ceremonial purposes.

The main buildings within the Grand Palace compound were built for King Rama V, who was the first Thai King to travel to Europe. Phra Thinang Chakri Maha Prasat, built in 1877 by King Rama V as his Royal Residence, is the most highly recognized architectural landmark of the Nation. The central Throne Hall, which was formerly used for the reception of foreign envoys, is flanked by reception areas decorated with galleries of portraiture. The central room on the second floor is used as a shrine for the reliquary ashes of Kings Rama IV, Rama V, Rama VI, Rama VII and Rama VIII.

Borom Phiman Mansion was also constructed during the reign of King Rama V. When his son, King Rama VI ascended to the throne, he had it improved for use as his residence. The three succeeding Kings also resided here at one time or another.
The Siwalai Gardens, where the office of The Royal Household Bureau is located, were used for receptions as well as a recreation area for the royal women and children.
Maha Monthien Prasat houses The Audience Hall of Amarin Winitchai where ceremonies of the Court usually take place in front of the throne surmounted by its canopy of nine tiers of white cloth.

Opening Hours: Open to the public everyday, except during special Royal Ceremonies, from 8.30 a.m. to 3.30 p.m.
Admission Fee: Baht 250. This also includes admission to Wat Phra Kaeo, The Royal Thai Decorations & Coins Pavilion in the same compound and to Vimanmek Mansion Museum on Ratchawithi Road. Baht 100. for rental personal audio guide in English, French, German, Spanish, Russian, Japanese or Mandarin.

Source : www.asiatravel.com, www.thailandguidebook.com

PSPB - konsul pertama

PSPB a.k.a Pelajaran Sejarah Perjuangan Bunting
Nih dia kegiatan menuju perbuntingan,

02.09.08

Setelah survey beberapa dsog maka pilihan jatuh ke (back sound : dung dudung dudung) dr. Fadjar Siswanto dari klinik infertilitas RS. Tlogorejo Semarang. Di konsul pertama ini, kita sepakat berbohong ke dokter masalah usia pernikahan, soalnya biar pak dokter ini rada concern, hihihi… akhirnya kita bilang udah 2 tahun nikah tapi aku blom pernah hamil, walaupun kita gak pake alat kontrasepsi apapun. Program yang ditawarin pada dasarnya ada 2 tahap :

bwat calon mama : cek kesehatan alat reproduksi khususnya ngeliat apa indung telur mampu menghasilkan telur -> intinya hamil kan telur ketemu sperma, jd harus dipastiin dulu kalo indung telur mama ika bisa berproduksi. Kalo ternyata indung telur oke tapi masih belum bisa hamil, dilanjutin tes kedua bwat ngeliat saluran yang menuju ke pabrik telur.
bwat calon papa : cek kesehatan kondisi sperma

Karna kita datang di H +8 setelah mens, menurut dokter agak terlambat jadi cuma dicoba pake obat penyubur serophene plus jadwal coitus. Bulan depan kalo mau dateng maksimal H +3 mens, biar programnya maksimal. Pemeriksaan awal cuma USG vaginal bwat data awal mom to be.

Jalan – Jalan Juli (hari 9)

30.07.08

Pesawat pagi ini dari Kuala Lumpur ke Solo yang jadi akhir perjalanan pertama kita. Alhamdulilah semua rencana gak ada yang meleset, dan yang paling penting engga over budget. Sampe di solo, urusan imigrasi bikin tambah ribet aja, secara kita barengan sama TKI yang pada mudik. Anyway, kita langsung ke konter bis joglosemar yang bakal bawa kita langsung ke Semarang. Sesampenya di Semarang, kita berdua gak langsung pulang tapi langsung mampir di pusat pijat refleksi bwat mijet kaki yang uda pada mulai bengkak gara-gara kebanyakan jalan. Capek jelas iya, tapi hati senang riang gembira…

Jalan – Jalan Juli (hari 8)

29.07.08

Mendarat di lcct jam 10.15 waktu kuala Lumpur, kita langsung nitip ransel yang udah mulai beranak pinak ke loker airport. Jalan keluar sedikit banyak bis angkutan khusus dari bandara ke KL sentral. Sampe di KL sentral kita langsung mandi siang trus naik lrt ke pasar seni. Rencananya sih pengen cari oleh” khas Malaysia, tp walhasil yang ada batik sama patung” khas Bali sama souvenir gajah ala Thailand yang dicap made in Malaysia. Malahan kita beli patung budha tidur khas Thailand di pasar seni kuala lumpur. Jadi ceritanya sepulang dari wat arun kita udah beli sepasang patung anak tidur tapi ketinggalan pas duduk” istirahat di grand palace.



Sampe di belakang area pasar seni, kita sempet mampir ke kios karikatur tp sayang hasilnya gak sesuai harapan. Waktu bikin sketsa pake pensil masih keliatan oke, tapi begitu dikasih cat air, gedubrak !!! hasilnya kacau beliau... nyesel juga kenapa engga pesen yang item putih aja... Sore itu area belakang pasar seni lagi ada demo angklung tunggal yang diiringi keyboard. Trus di depannya ada semacam disclaimer tentang sejarah angklung.



Puas di central market, kita balik lagi ke KLCC, rencananya sih pengen liat cantiknya menara kembar kalo malem hari. Di mall Suria KLCC, si mas sempet ngerasain wc mewah yang harganya bikin mendelik, tp gak papa lah, namanya juga udah kebelet pipis.

Kelar urusan kota-kota di kuala lumpur, kita balik lagi ke lcct pake bis khusus ke bandara yang sama trus cari tempat yang nyaman bwat bobo. Yup, malam ini kita bobo di bandara lagi. Alasan pertama sih karena kita dapet penerbangan pertama, tapi alasan utamanya sih lagi pengiritan total, hehehe... Dan lagi-lagi, temen yang nginep di bandara banyak banget, malah ada pengantar yang ikutan nginep juga. Met bobo temen” senasib sepengiritan...

Expenditure (per person)
tiket bandara – kl sentral 9 rm
sewa loker bandara 30 rm
mandi 5 rm
tiket kl sentral – pasar seni 1 rm
karikatur 135 rm
tiket pasar seni-klcc 1.5 rm
wc mewah ala suria klcc 2 rm
tiket klcc – kl sentral 2 rm
tiket kl sentral – bandara 9 rm

Jalan – Jalan Juli (hari 7)

28.07.08

Sawasdee ka … Seperti biasa habis sarapan langsung check out sambil gak lupa nitipin ransel dulu di loker hotel. Trus kita jalan ke dermaga kecil terdekat dengan hotel. Tranportasi air di sungai chao phraya sangat aktif, banyak kapal bermesin intercooler (si mas yang ngerti masalah mesin sampe geleng” kepala) seliweran nyebrangin penumpang.

Dari pier 13 phra arthit tempat kita naik, kita menuju ke pier 8 bwat masuk ke wat Po atau Wat Phra Chetuphon atau Temple of the Reclining Buddha yang didalamnya ada budha tidur terbuat dari emas murni dan telapak kakinya dari tiara. Puas muter” di lokasi wat po, kita nyebrang ke wat arun yang disebut juga temple of Dawn. Di jalan keluar temple kita diarahin masuk ke kios” souvenir, yang bikin heboh penjual disana rata” pake bahasa Indonesia. Jadi berasa belanja di malioboro – jogja atau pasar sukawati-bali. Yang rada special di lokasi wat arun adalah ada beberapa kios yang menyewakan pakaian tradisional Thailand dan sayang banget kalo dilewatin. Selesai jeprat-jepret di wat arun, kita balik lagi ke pier 8 deket lokasi wat po trus makan siang di warteg dermaga dilanjutin naik tuk-tuk ke lokasi Grand Palace & Wat Phra Kaeo (Temple of the Emerald Buddha). Yang diliat ya cuma candi – candi khas Thailand ajah plus tempat berdoanya. Tiket masuk grand palace bisa bwat masuk 3 tempat yang berbeda, yaitu grand palace, museum coin dan vinamnek mansion (dua di awal ada di satu lokasi) dan jangka waktunya kalo gak salah 3 hari.

Udah pegel jalan, kita pulang ke hotel sambil nyobain udang tempura, kelapa muda sama duren yang banyak dijual di pinggir jalan. Rasanya memang sedap dan yang bikin mantap harganya murah. Sampe di hotel masalah reservasiku blom beres juga, akhirnya kita putusin nginep di airport lagi, toh pesawat kita berangkat paling pagi dan kita ambil jadwal shuttle bus dari khaosan ke bandara yang paling malem. Sampai di airport kita ketemu banyak keluarga bule yang bawa anak kecil nginep di airport. Abis dapet tempat yang nyaman dikit, kitapun nyoba istirahat sebisanya bwat penerbangan besok pagi.

Expenditure (per person)
tiket kapal pier 13 – pier 8 22 baht
wat po 50 baht
renceng 20 baht
tiket pier 8 – wat arun 3.5 baht
wat arun 50 baht
Foto 100 baht
tiket wat arun – pier 8 3.5 baht
tuk tuk 40 baht
grand palace 300 baht
tiket pier 9 – pier 13 17 baht
khaosan – airport 130 baht

Jalan – Jalan Juli (hari 6)

27.07.08

Bangun pagi langsung ke 7 eleven cari sarapan, trus check out sekalian daftar ikut shuttle bus ke Chatuchak market. Tepat jam 10.00 kita berangkat dan gak nyampe 10 menit kita udah nyampe, dan saatnya aku ngelepasin nafsu belanja, hihihi… (gak perlu detilnya kan..)

Gak berasa udah hampir jam 17.00, kita pun naik taksi menuju asha guest house ambil ransel trus langsung ke daerah rambutrii tempat nginep kita selanjutnya Sawasdee Smile Inn. Dan disini masalah timbul. Ceritanya aku uda pesan online beberapa bulan yang lalu, karena ada pergeseran hari aku confirm ulang dan udah mereka approve, uang muka juga udah aku bayar. Tapi ternyata perubahan itu gak diterusin ke hotel yang bersangkutan dan mereka gak mau nerima aku. Karena hari itu minggu dan uda lewat jam kerja, mereka gak bisa confirm langsung ke kantor pusat. Untungnya masih ada 1 kamar kosong yang bisa kita pakai tapi tetep bayar full. Ya sudah lah, mau apa lagi.. badan udah lengket keringet mana pegel lagi.

Selepas maghrib kita nongkrong di khaosan road yang tersohor itu sambil nyobain berbagai makanan yang dijual di sepanjang jalan. Dan yang bikin betah adalah rasa makanan Thailand gak jauh beda sama Indonesia, jadi di perut bisa nendang. Begitu kaki berasa berat, kita buru” balik hotel dan bobo.

Expenditure (per person)
taksi chatuchak – rambutrii 150 Baht
sawasdee smile inn 400 baht

Jalan – Jalan Juli (hari 5)

26.07.08

Jam 05.00 pagi kita udah siap jalan lagi, sayangnya kita gak nemu kamar mandi umum, jadi cuma bisa gosok gigi sama cuci muka aja. Habis sarapan bubur instan ma mie instan, kita turun ke lantai 1 airport. Disitu merupakan terminal bis khusus bandara, ada macem” jurusan di bangkok dan sekitarnya. Trus kita berburu bis murah milik pemerintah yang langsung menuju pattaya. Lama perjalanan 2 jam gak kerasa karna kita sempet tidur sebentar. Sampe di pattaya kita turun di northern pattaya, karena tujuan pertama kita adalah mini siam. Mini siam adalah lokasi miniatur lokasi wisata yang dibagi dua area yaitu siam atau thailand itu sendiri dan eropa. Walau gak bagus” amat tapi lumayanlah jadi bisa ngebayangin beberapa bangunan terkenal di dunia.

Gak sampe ½ jam, kita udah kelar muterin seluruh mini siam yang gedenya cuma selapangan bola. Sambil jalan keluar kita mampir ke mc’d yang satu lokasi sambil ngerasain paket menu sarapan ala thailand. Selesai makan pagi, kita mulai keliling kota pattaya pake rickshaw angkutan khas thailand selain tuk-tuk. Pantai pattaya sendiri gak seindah kata orang. Malahan masih bagus pantai Kuta di Bali. Memang sih, aroma jual beli s*** keliahatan vulgar banget, padahal masih siang bolong. Banyak mbak” dengan baju super seksi nongkrong di depan kafe sambil manggil”. Cit cuit... Sebenernya yang kita incer itu pantai Phuket cuma jauh dan gak match di jadwal kita. Moga” ada kesempatan lagi ke thailand bwat ngeliat pantainya mas leonardo di film Beach.

Engga lama” di pattaya, kita naik angkot ke terminal bis North Pattaya trus beli tiket jurusan Bangkok yang berhenti di terminal Mo chit. Perjalanan selama 2 jam ini kita pake bwat tidur, maklum setengah bales dendam karna semalem gak bisa nyenyak. Sesampainya di Mo chit, kita langsung nyari taksi trus nelpon hotel bwat ngasih petunjuk jalan ke sopir taksi. Maklum aja gak biasa pake bahasa cacing.

Malam ini kita nginep di Asha Guest House, gedunganya lumayan berumur tapi cukup bersih. Salah satu pertimbangan kita adalah hotel ini menyediakan fasilitas shuttle ke pasar Chatuchak yang merupakan pasar akhir pekan terbesar di Asia Tenggara. Abis makan malam di restoran hotel kita bener” bales dendam begitu ketemu kasur empuk. Alhamdulilah setengah perjalanan lancar semua…

Expenditure (per person)
tiket bandara – pattaya 119 baht
mini siam 300 baht
rickshaw beberapa kali 50 baht
tiket pattaya – bangkok 137 baht
taksi mo chit – guest house 80 baht
asha guest house 433 baht

Jalan – Jalan Juli (hari 4)

25.07.08

Selamat pagi Kuala Lumpur... Sampe di terminal Puduraya masih gelap gulita, ternyata encik driver ngebut juga semalem. Selain tempat pemberhentian bis, dengan melewati belakang terminal juga terdapat stesen LRT (Light Rapid Transport) Plasa Rakyat.

Rencana hari ini sama dengan kemaren, naik hop on hop off bis keliling kota, jadi tujuan pertama adalah KL sentral. Sesampenya di KL Sentral kita langsung ke kamar mandi umum, numpang mandi trus sewa loker bwat simpen ransel. Mandi di stasiun kereta terbesar di KL ini, nyaman bgt... tempatnya bersih ada air panas pula. Memang gak senyaman klo di hotel tapi cukup menyenangkan juga kalo di Indonesia ada yang kaya gini. Sambil nunggu bis KL hop on hop off, kita sarapan nasi lemak plus teh tarik. Menurut kita rasanya agak eneg, mungkin gara” lidah kita lebih terbiasa masakan padang kali ye...

Kalo di KL hop on hop off durasi tiketnya 24 jam dari jam pertama kita beli, dan ada 22 pemberhentian di seputar lokasi wisata, yaitu :

Taman rama-rama alias butterfly park -> gak rekomen banget
Taman merdeka KL -> jalan” sambil poto”
Masjid Jamek -> sholat jumat
KLCC -> motretin menara kembar petronas
KL tower -> muter” di halaman ajah, lsg balik lagi ke KL Sentral

Gara” macet di chinatown dan takut ketinggalan pesawat kita pake kereta cepat ke Kuala Lumpur International Airport (KLIA) yang harganya 3x dari budget seharusnya. Dari KLIA kita masih naik taksi lagi ke Low Cost Carrier Transit (LCCT). Nyampe di sana, langsung buru“ check in baru cari makan malam dan nunggu pesawat terakhir ke Bangkok jam 22.20.

Sesampainya di airport Suvarnabhumi jam 23.30 waktu setempat, kita nyantai dulu di dalem sambil antri di bagian imigrasi yang walaupun udah segede gambreng tetep aja rame bgt. Malem ini kita bakal nginep di airport Suvarnabhumi, di terminal kedatangan ternyata udah banyak orang yang pada tiduran di kursi. Malah ada sepasang turis Jepang yang ngeluarin tikar plastik, digelar di lantai langsung tidur. Hari ini mulai berasa pegel”nya apalagi tidur beralas kursi plastik keras plus ac yang dingin banget. Met bobo semuanya...

Expenditure (per person)
plasa rakyat-jamek 1 rm
mandi (plus handuk) 12 rm
loker 2 rm
kl hop on hop off 38 rm
taman rama-rama 14 rm
kl sentral - klia 35 rm
taksi klia - lcct 30 rm

Jalan – Jalan Juli (hari 3)

24.07.08

Pagi ini agak mendung, cuaca yang bersahabat bwat turis berkantong tipis kaya kita. Setelah check out kita cuci mata di sekitar hotel sebentar trus nongkrong di halte bis little india, sambil nunggu bis wisata SIA Hop On Hop Off. Sistem yang digunakan bis wisata jenis ini adalah beli 1 tiket untuk sehari. Maksudnya dengan satu tiket yang bisa digunakan dari jam 09.00 sampe jam 22.00, kita bisa naik turun bis yang sama sepuasnya. Bis wisata ini sendiri memiliki rute tertentu, dan biasanya mereka berhenti di halte terdekat dengan lokasi wisata. Tinggal duduk manis aja sambil liat peta sama ndengerin informasi dari virtual guide. Dari 23 lokasi, kita cuma turun di beberapa halte seperti :

Marina square -> cuci mata aja di mall
Marina bay -> naik bianglala gede ala singapore flyer
Esplanade park -> taman merlion
Lau pa sat -> lagi ada festival makan, pas banget bwat makan siang
Great world city -> cuci mata lagi di mall
Orchard road -> cuci mata sambil ngabisin sore di sepanjang jalan
Little india -> balik ke terminal asal tadi pagi trus jalan kaki ke depot bis Johor Baru

Di mini terminal ini ada 2 jenis bis yang menuju Johor Baru (JB), gampangnya kelas eksekutif sama ekonomi. Dengan pertimbangan harus nyampe JB sebelum tengah malem, kita mutusin bwat naik yang eksekutif namanya causeway link warna kuning gonjreng tralala. Antrian penumpang kayanya nyampe 500 meter, isinya orang malaysia yang kerja di singapore.

Perjalanan yang mustinya cuma butuh 2 jam, ternyata molor sampe 3,5 jam. Karena lalu lintas padat total di perbatasan, ditambah lagi hujan yang lumayan deres, dan rame banget di bagian imigrasi. Alhasil nyampe stasiun Larkin JB pas jam 22.00, langsung berburu tiket ke Kuala Lumpur di kounter bis Transnasional. Kurang lebih jam 23.30, bis mulai bergerak menuju stasiun puduraya KL, dengan estimasi waktu perjalanan kurang lebih 6 jam, jadi saatnya bobok dulu atur stamina bwat besok pagi. Bubye singapore...

Expenditure (per person)
tiket sia hop on hop off 24 s$
spore flyer 28 s$
tiket sing-jb 3.5 s$
tiket jb-kl 22.5 rm

Jalan – Jalan Juli (hari 2)

23.07.08

Tepat jam 01.00 dianter mas andri, kita berangkat ke Jakarta bwat pesawat pertama ke Batam. Nyampe di Cengkareng masih kepagian banget, jadi kita tidur dulu di dalem mobil sambil nunggu pagi. Jam 05.30 mulai check in sampe boarding, dan voila ... pesawat Air Asia take off on time. Salut deh...

Sampe di Batam sekitar 08.15, turun dari Arrival gate langsung beli tiket kapal cepat Penguin ke negara Singa trus dilanjutin naik taksi ke Batam Center untuk nyebrang. Di batam center check in dulu di kounter penjualan tiket Penguin, baru bayar fiskal untuk negara tercinta. Perjalanan Batam – Sing sekitar 2 jam, dan kita sampai di Harbourfront sekitar jam 12.00. Kelar urusan imigrasi, kita berdua hunting makanan dan terdamparlah kita di restoran keluarga tuan Mc Donalds. Kenyang dengan makan siang, kita menuju stasiun MRT yang letaknya di lantai basement Harbourfront Mall. Abis beli kartu ez link, kita nunggu kereta tanpa masinis ini dan sesaat kemudian hop kereta datang. Penginapan kita adalah InnCrowd yang terletak di daerah little india. Bangunannya kecil, maklum kelas backpacker tapi cukup canggih dan nyaman. Salah satu hal yang bikin mas kepincut adalah sistem pengamanan pintu utama. Di hotel ini (mungkin hotel lain juga ada) udah gak pake sistem kunci konservatif tapi pake kode. Dan dengan semangatnya mas mo nerapin juga bwat rumah impian kami. (please dong deh ah.... apa gak ada ide lain yang lebih membumi).



Selesai dengan ide” super duper kreatifnya, mas ngajak jalan ke sentosa island. Dengan rute yang sama kita balik ke Harbourfront trus keluar dari pintu samping deket arrival gate, menuju ke gedung sebelah, bayar tiket cable car trus naik ke lantai 33 (kaya’y sih...). sepanjang perjalanan kita lihat pembangunan kasino terbesar se asia tenggara, mantap !!!
Teknologi membendung laut yang dipake cukup bikin kita ngiler, gimana yang di belanda yak?

Karena uda rada sorean, kita gak bakal sempet nyoba semuanya, terpaksa cuma nyobain beberapa aja, seperti luge driver, jalan di pantai siloso yang konon pasirnya made in Indonesia, ke patung merlion raksasa dan terakhir liat pertunjukan song of the sea. Sedih juga waktu acara ini mereka nyanyiin lagu ayo mama (kalo gak salah) bwat orang malaysia. Seolah” lagu itu kepunyaan negara tetangga yang hobi main comot itu.

Di perjalanan pulang ke hotel, kita sempetin turun di stasiun raffles place bwat liat hotel fullerton yang keanggunannya memang paling mantap di malam hari. Cape foto” sama jalan di sepanjang sungai, kita buru” balik hotel trus bobo.

Expenditure (per person)
taksi airport-batam center 70,000 idr
tiket penguin pp 18 s$
seaport tax 7 s$
fiskal 500,000 idr
kartu ez link 15 s$
cable car ke sentosa island pp 16 s$
luge driver 10 s$
song of the sea 8 s$
hotel 28 s$

Jalan – Jalan Juli (hari 1)

Nekat pengen jalan-jalan tapi cuma punya duit mepet? Inilah hasilnya ... (plus info biaya” selama perjalanan?. Tulisannya dibagi dipisah per hari, biar chic dan kelihatan banyak. hihihi...

22.07.08
Perjalanan awal dari semarang ke jakarta lewat bandung pake bis Nusantara. Kenapa ke bandung dulu? Mo nengokin mama papa skalian pamit soalnya pergi rada jauhan. Maksudnya biar ditambahin uang saku, tapi alhasil mereka malah pada sibuk bikin list oleh-oleh. Hiks...

romantika bakwan sambel

udah hampir 3 minggu ini pengen banget makan bakwan sambel langganan di demak,
tapi gak tau kenapa bisa dipastiin bakalan gagal dengan suksesnya.
sampe" jumat kemaren kebawa ngimpi diajak jalan" trus jajan bakwan sambel.
untung gak ngidam, bisa" anakku ngacai alias ngileran.

tadi pagi jam 10an, suamiku nelpon nanya apa mau dibeliin bakwan sambel?
ya iyalah.... ngapain juga musti nanya lagi ya???
langsung deh ibu komandan ngasih aba",
jangan lupa petisnya,
cabenya 1 aja biar gak kemanisan tp gak kepedesan,
minta airnya sedikit bwat ngencerin bumbu klo kekentelan
bumbu sama bakwan jangan dicampur
lontong satu aja tp yg kecil
kerupuk pasir, sebungkus 3000 jangan lupa nawar dulu
hehehe.....
sadis banget ya sama suami sendiri main perintah.
anyway, hari ini udah dapet menu makan malam,
tar sore tinggal beli mi goreng di tamtam deket rumah bwat nambah lauk
sekarang bisa fokus lagi k kerjaan.

udah jam 1 siang, saatnya beberes mo makan siang ke warteg langganan,
baru selesai ngunci ruang mau k parkiran,
suamiku nelpon lagi...
ternyata udah nyampe kantor, parkir d sebelah mobilku,
ngebawain bakwan sambel bwat makan siangku...
sebenernya terharu juga,
suamiku uda perhatian, romantis juga.
satu set bakwan itu paling cuma 5ribu,
yang sebenernya di deket kantor juga byk yang jual,
tapi suamiku rela ngebawain dari demak ke semarang.
jadi ngerasa salah, klo inget 4 hari yang lalu.
aku nyindir tapi aslinya protes keras,
pagi itu aku bilang gini :

bedanya pacaran sama nikah itu,
klo pacaran mas itu gak romantis,
tapi pas udah nikah,
nambah gak romantis sama sekali.

suamiku cuma ketawa aja,
maklum aja suamiku memang tipe kalem,
teramat kalem malah, dia juga bukan tipe orang yang ekspresif.
sebenernya aku bisa ngerti, cuma kadang" pengen liat ekspresi,
trus rada" show off gitu deh...

tapi hari ini, dengan cara dan gayanya ternyata suamiku romantis juga.
selesai makan siang bareng,
suamiku pulang lagi k demak ngurus kerjaan,
tar malem kelar kerja, suamiku pulang lagi k semarang.

makasih ya sayang...
hari ini makan siang yang paling spesial.

untung ... ada paijo

Saat kecil Paijo tertimpa musibah yang menyebabkan kedua kakinya harus diamputasi, ketika itu dia hanya berujar : Untung, cuma kaki aja yang diamputasi…
Di masa mudanya Paijo kembali tertimpa musibah yang menyebabkan kedua tangannya harus diamputasi, kemudian Paijo berujar : Untung, engga sampai mati…
Ketika memasuki usia senja, Paijo kembali tertimpa musibah yang kali ini menyebabkan dia meninggal seketika. Lagi-lagi Paijo berujar : Untung, langsung meninggal seketika…

Karena amal perbuatannya saat di dunia kurang, maka Paijo tidak dapat menikmati kemewahan surga dan isinya, malahan dia terjebak di dalam neraka neraka. Mau tau komentarnya?
….
….
….
….
….
….
Untung, temennya banyak… (Hehehe !!!!)

Reaksi pertama waktu baca humor di atas yang aku ambil dari salah satu milis ini cukup dengan senyum simpul, tapi waktu baca untuk kedua kalinya di milis yang berbeda baru aku ngerasain ada makna yang cukup dalam terkandung di dalamnya.
Setiap kali tertimpa musibah sang tokoh yang sedari awal karakteristiknya dibentuk sebagai orang Jawa selalu memiliki komentar yang sama yaitu Untung, bahkan dalam kondisi terburukpun sang tokoh masih memiliki komentar yang sama.

Terlepas dari rentetan kejadian atas tindakan dan kesalahan yang sebenarnya dan membuat sang tokoh sampai-sampai masuk neraka, ada satu hal yang menurut aku patut digarisbawahi untuk lebih direnungi yaitu selalu berpandangan positif pada setiap kejadian dan tidak patah semangat dalam menghadapi musibah. Mungkin falsafah ini merupakan awal lahirnya istilah dalam bahasa Jawa Sluman Slumun Slamet yang sampai saat blog ini ditulis aku masih sulit untuk mendefinisikan dalam kalimat (hmm.. kasusnya hampir sama dengan bahasa sunda Ngabuburit yang belum mendapat padanan kata di bahasa Indonesia). Orang-orang semacam Paijo ini sebenarnya sudah mempunyai istilah keren, aku pernah membaca kisah serupa dengan setting yang berbeda (kalo engga salah di jaman Eropa jadul dan cerita lengkapnya bakal ada di postingan lain dengan catatan imelnya ketemu )

Berpikir positif ternyata bukan sesuatu yang mudah dilakukan, tetapi juga bukan sesuatu yang tidak mungkin untuk dilakukan lho… Ada kemauan dan belajar dari hal sederhana adalah kunci yang utama. Saat ini aku juga masih dalam tahap awal pembelajaran, apalagi kalau berkaitan langsung dengan interaksi orang lain, susahnya minta ampun. Contoh gampang yang sering aku hadapi di kantor adalah kalau ada jadwal pengumpulan pekerjaan molor dari yang sudah direncanakan. Dulu sih langsung negative thinking pasti si bapak/ibu males banget sampe kerjaannya engga beres. Kalo sekarang udah mulai kalem, engga gradak gruduk lagi.

PR:
Cari definisi Sluman Slumun Slamet di bahasa Indonesia sesuai EYD !

kisah cincin nikah

Oprah Show, mei 2008
Tema yang diambil hari ini adalah testimony beberapa masyarakat amerika yang divonis hidup tidak lama lagi karena menderita penyakit akut dan bagaimana mereka menghadapi kenyataan hidup. Salah satunya adalah Mr.X (namina lupa euy…) suami dan ayah dari 3 balita yang didiagnosa mengidap kanker yang sangat jarang ditemui serta belum ada obatnya. Pria yang berprofesi sebagai dosen ini diprediksi hanya memiliki waktu 1 tahun lagi untuk menikmati hidup. Dari beberapa pengalaman yang dihadapi selama proses ini ada satu cerita yang menyentuh banget buat aku. Penyakitnya sendiri sudah diketahui sejak 2 tahun yang lalu dan seiring dengan waktu maka ada beberapa perubahan fisik yang dialami oleh Mr. X, salah satunya adalah ukuran badan yang mulai menjadi lebih kurus. Bagi Mr.x hal yang paling menyakitkan baginya adalah ketika jari tangannya menjadi lebih kecil sehingga dia harus melepas cincin nikahnya yang saat itu terlalu longgar jika tetap dikenakan. Ooh, so sweat...

Menurut aku, pernyataan ini sangat tulus dan sederhana tetapi memiliki makna yang sangat luar biasa. Beliau melihat cincin nikah tidak hanya sebagai sebuah symbol pernikahan tetapi sebagai bagian dari tubuhnya. Perasaan yang dimiliki oleh hampir semua wanita. Hal ini bisa dilihat dari semua wanita yang aku kenal selalu mengenakan cincin nikah, sedangkan tidak semua para kaum adam mengenakan cincin nikah, termasuk papa dan suamiku. Kalau alasannya karena sudah terlalu sempit dan belum ada gantinya sih emang maklum, tapi rata-rata jawaban yang aku dapat adalah mereka memang enggan mengenakan cincin nikah. Mulai dari engga biasa, engga pede, takut hilang, dan masih banyak alasan lain yang bisa jadi potensi buat bahan pertengkaran.

Suamiku sendiri punya alasan yang ajaib tapi dipaksain masuk logika. Beliau ini beralasan sering berkutat dengan mesin jadi kalau pakai cincin takut cincinnya rusak kegores. Hm…. emang ngebengkel tiap hari,sayang? Lagian kalau di bengkel juga jadi mandor bukan jadi montir kan, terus kapan rusaknya dong? Hehehe... jadi curhat nih.
Emang aku selalu pakai cincin nikah ?
Sebenernya aku juga rada malas pake cincin nikah soalnya lumayan kegedean, maklum aja beli pas udah mepet banget waktunya. Selama ini aku selalu pake cincin di jari tengah biar gak lepas, apalagi kalau lagi kerja. Jadi aku gak keberatan kalau suamiku tercinta juga jarang pakai cincin, meskipun dengan alasan yang ajaib. Hihihi...

ayo hamil !!!

Usia pernikahan kami baru menginjak bulan keempat tapi umur kami terutama aku engga bisa diajak kompromi. Saat ini aku sudah 28 tahun dan kami ingin sekali mendapat momongan. Apalagi kelahiran Keisha Radita Nataneila putri pertama adekku yang baru saja lahir 5 Mei yang lalu membuat perasaan itu semakin menggebu. Terlebih setiap kumpul dengan teman dan saudara pertanyaan yang sama selalu terlontar : Sudah isi belum? Dan inilah hal yang selalu aku keluhkan ke suamiku sesaat sebelum kami bertemu dengan mereka. Reaksi suamiku cuma ketawa dan bilang sabar ya…

Demi melancarkan program kehamilan aku mulai goggling di internet dan akhirnya setelah comot sana sini, aku punya program besar yang sudah aku rencanakan.

cari dokter kandungan yang komunikatif dan cukup berhasil bikin ibu-ibu hamil
- dr mutmainah di rsb bunda, rekomendasi dari pak imam kits
- dr samuel di rs telogorejo, rekomendasi dari bu bambang christ

minta tes hsg bwat aku biar tahu kondisi kandunganku

minta rekomen untuk periksa kondisi sperma suamiku (alhamdulilah, suamiku support banget ama proposalku)

diet
- engga makan nanas sama sekali --> DONE
- ngurangin tempe – tahu --> DONE
- engga makan junk food --> DONE
- makan asam folat 400mg/ hari --> DONE

ikut program basal body temperature (makasih banget buat indah)
- download bbt chart --> DONE
- beli thermometer digital --> DONE
- gak boleh males tiap pagi ngukur suhu badan --> SO SO

Lima point di atas bakalan jadi action plan tahun 2008 dan sub item di bawahnya adalah hasil follow up. Semoga gak sampai akhir tahun ini diriku udah tekdung tralala dan rumah kita bakalan lebih rame sama suara anak kami.

detik-detik bersejarah itu…..

namaku IKA dan bersuamikan IMAM, dengan mengucap basmallah kami berdua mencoba membentuk keluarga yang sakinah, mawardah dan warohmah (amin amin amin),
dan inilah detik-detik bersejarah itu :

2002 : ketemu di mata kuliah yang sama tanpa saling kenal
Des 2005 : secara gak sengaja ketemu dan saling sapa diakhiri tuker no.hp
Juli 2007 : telpon-telponan
Okt 2007 : memantapkan hati membentuk keluarga
Nov 2007 : prosesi lamaran
05 Jan 2008 : berdua melangkah ke pelaminan
ASAP : pindahan ke rumah baru
ASAP : anak - anak lahir